POTENSI EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum acutatum PENYEBAB PENYAKIT BUSUK PADA BUAH CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PASCA PANEN
Potensi Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Colletotrichum acutatum Penyebab Penyakit Busuk Pada Buah Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Pasca Panen
Abstrak
T
Penelitian mempunyai tujuan mencari tahu potensi ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) terhadap pertumbuhan jamur Colletotrichum acutatum penyebab penyakit busuk buah cabai merah pasca panen. Perlakuan yang diterapkan yaitu pemberian ekstrak bawang putih secara in vitro dan in vivo. Secara in vitro dilakukan pengujian daya hambat ekstrak bawang putih (A. sativum L.) dengan metode sumur difusi. Uji in vivo dilakukan dengan mengukur luas areal invasi dari C. acutatum pada cabai merah setelah diberikan perlakuan. Konsentrasi ekstrak bawang putih yang diberikan sebesar 15%(b/v), 20%(b/v), 25%(b/v), 30%(b/v), dan 35%(b/v) dengan kontrol positif fungisida sintetik dan kontrol negatif pelarut etanol 95%. Temuan memperlihatkan pemberian ekstrak bawang putih mempunyai potensi menghambat pertumbuhan jamur C. acutatum baik pada pengujian in vitro ataupun in vivo. Konsentrasi 25%(b/v) adalah konsentrasi yang terbaik demi mencegah pertumbuhan C. acutatum pada pengujian in vitro dengan besar hambatan sebesar 20,1±0,08. Sedangkan uji in vivo ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 35%(b/v) memiliki kemampuan paling baik dalam menghambat pertumbuhan C. acutatum pada cabai merah.
##plugins.generic.usageStats.downloads##
Referensi
Antriana, N. 2016. Metode Ekstraksi dengan Pelarut Etanil. Jurnal Biology Science & Education. 5(2): 133-143.
Arifah. 2014. Ekstraksi dengan Pelarut Etanol. Jurnal Teknologi Pangan. 2(1): 28-32.
Creswell, C. J. Kosasih, P. dan Iwang, S. 2005. Analisis Kandungan Senyawa Organik Edisi Ke-3. ITB. Bandung.
Dickman , M.W. 1993. The Fungi. New York. Academic Press.
Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2009. Luas Panen Rata-rata Hasil dan Produksi Tanaman Hortikultura di Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta.
Gupta, N and Backer. 2014. Garlic Derived Compound Inhibit Human Squalene Monoxygenes. Journal of Nutrition. 1(2): 20-25.
Handayani. 2012. Analisis Kandungan Senyawa Bioaktif Ekstrak Bawang Putih Terhadap Pertumbuhan E.coli. Jurnal Tropical Sains. 18(2): 20-25.
Hardiyanto.2003. Potensi Ekstrak Bawang Putih terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Jurnal Farmasi. 4(2): 103-110.
Hernawan. 2003. Review Organosulfur Bawang Putih (Allium sativum L.). Planta Tropika Journal of Agro Science. 12(6) : 1-20.
Kristiani. N. 2008. Kandungan Senyawa Allicin Ekstrak Bawang Putih. Airlangga University Press. Surabaya.
Plezcar, M.J and Chan. 2014. Antibacterial activity of Garlic (Allium sativum L.) Journal Turk Bioscience. 2(2): 125-132.
Pranyata, M., W. Efri. dan M. Ratih. 2021. Efektivitas Beberapa Ekstrak terhadap Tumbuhan Jamur Colletotrichum gloesporioides Penyebab Antraknosa pada Cabai (Capsicum annuum L.). Jurnal Agrotek. 9(1): 52-59.
Prasetyo, E., E. Widanengsih, Haerani, M. Handayani, Y. dan Yustikasari. 2012. Pelaksanaan Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan Hayati Nabati pada Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar. Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.
Purwati, M. 2016. Potensi Cendawan Endofit Dalam Pengendalian Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai Merah. Jurnal Ilmiah. 2(2): 23-30.
Semangun. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Sinaga, M.S. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Swadaya. Jakarta.
Warren, L. 2008. Review of Medical Microbiology & Immunology Tenth Edition. The Mc Graw Hill Companies Inc. New York.
Winarsi, N. 2011. Antioksidan Alami Dan Radikal Bebas. Kanisius. Yogyakarta.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.



