Branding Difablepreneur Sebagai Rekonstruksi Stigma Sosial Penyandang Difabel di Graha Nawasena Dinas Sosial Kota Denpasar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis branding difablepreneur yang handal sebagai upaya rekonstruksi stigma sosial oleh penyandang difabel di Graha Nawasena Dinas Sosial Kota Denpasar. Stigma sosial, seperti pelabelan negatif, stereotip ketidakmampuan, pengucilan oleh masyarakat, dan diskriminasi, menghambat kemandirian penyandang difabel yang tergabung di Graha Nawasena meliputi Pertuni, Gerkatin, HWDI, NPCI, dan Rumah Berdaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan mengacu kepada teori stigma Erving Goffman dan mengkaji strategi pengelolaan identitas melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan para informan dari penyandang difabel tuna netra dan tuna daksa. Hasil penelitian menunjukkan stigma di Kota Denpasar mengakar dari miskonsepsi masyarakat terkait dengan kepercayaan karma serta representasi media yang timpang. Dinas Sosial Kota Denpasar membentuk Graha Nawasena untuk menjadi tempat pemberdayaan difablepreneur melalui pelatihan keterampilan untuk meningkatkan profesionalitas dan kemandirian ekonomi mereka. Difablepreneur menghadapi proses untuk mengelola stigma dengan passing atau menyembunyikan disabilitas, covering atau menonjolkan kompetensi, dan coming out atau mengakui identitas di acara publik. Komunitas difablepreneur menciptakan identitas baru, didukung narasi media sosial Dinas Sosial, melemahkan narasi buruk terhadap penyandang difabel. Penelitian menyimpulkan program difablepreneur efektif merekonstruksi stigma, meskipun masih dalam proses yang memerlukan waktu lebih lama, serta masih adanya tantangan miskonsepsi terhadap penyandang difabel yang perlu diperbaiki. Rekomendasi peneliti meliputi inovasi program yang serupa untuk tetap berlangsung serta meningkatnya kesadaran para penyandang difabel akan potensi yang dimilikinya, perluasan kemitraan oleh Dinas Sosial, dan dukungan masyarakat terhadap produk difablepreneur untuk mempercepat perubahan persepsi sosial.
Kata kunci: Penyandang difabel, stigma sosial, difablepreneur, Graha Nawasena, rekonstruksi stigma.